Author :SeoJi
Cast :Shin HaYoon
Jung DaeIn
Jung SooAe
Rating :General
Lenght :Ficlet, Chaptered
Genre :Romance, Fluff
“Eomma !! Dimana kaus kakiku ?”
“Etto.. disofa depan tv !”
“Chagi, mana dasiku ?!”
“Se..sebentar. Ini”
Begitulah kesibukan keluarga Jung dipagi hari, selalu
begitu. Entah sang appa yang kehilangan dasinya, atau SooAe yang kehilangan
barang-barang sekolahnya, dan mereka selalu menyalahkan sang eomma ketika
mereka menemukan barangnya.
“Kalian duduklah dulu untuk sarapan, perut kalian akan sakit
jika begini terus” HaYoon, sang eomma, berusaha memanggil-manggil nampyeon dan
putrinya untuk duduk sejenak dimeja makan. Sayangnya, panggilan sang eomma sama
sekali tak digubris. SooAe masih berjalan kesana-kemari sembari menggerutu,
sedangkan DaeIn, sang nampyeon, malah duduk dengan tenang didepan tv.
“Chagiya, sarapanlah dulu” HaYoon berjalan pelan kearah DaeIn,
lalu menepuk pundaknya pelan. DaeIn menatap HaYoon dengan datar, lalu
menyerahkan sejumlah uang padanya.
“Lebih baik kau pergi saja habiskan uang ini” Ucap DaeIn
datar, ia lalu menjejalkan uang tersebut ketangan mungil HaYoon, lalu berjalan
menuju pintu hendak berangkat kerja.
“Appa, aku juga mau~” SooAe menunjuk-nunjuk tangan HaYoon
yang penuh dengan uang, lalu meminta-minta pada DaeIn. “Saranghae appa~” lanjut
SooAe.
DaeIn mengeluarkan dompet kulit miliknya, lalu menyerahkan
uang yang sama banyaknya dengan milik HaYoon pada SooAe. SooAe
mengerjap-kerjapkan matanya senang, lalu memakai sepatunya dengan cepat.
“Hei, kalian tak...”
BRAAKK
Pintu apartemen keluarga Jung ditutup dengan keras oleh
DaeIn, pertanda agar HaYoon diam saja membiarkan SooAe dan dirinya pergi.
HaYoon tertunduk lesu, menatap tangannya yang penuh uang dengan sebal. Bukan
ini yang ia mau ! HaYoon melemparkan uang-uang itu kelantai, lalu
mengijka-injaknya dengan penuh amarah. Dengan lesu ia mengambil beberapa lembar
uang itu, lalu mengambil jaketnya dan pergi keluar.
Begitu keluar dari apartemen, mata lentiknya menangkap
pemandangan sebuah cafe yang tampak hangat dan ramah. Cafe Rose and Bullet’s.
HaYoon menyipitkan matanya sejenak, belum pernah ia melihat ada cafe disekitar
sini, atau mungkin karena ia jarang pergi keluar apartemen ? Tanpa sadar
kakinya melangkah maju menuju cafe itu, lalu masuk dengan tenang.
Suasana cafe yang temaram dan juga wangi aromatik lembut
yang menyebar diseluruh penjuru cafe membuat perasaan HaYoon sedikit tenang. Ia
menarik nafasnya dalam-dalam, lalu berjalan dan duduk disalah satu meja dekat
jendela.
“Apa yang hendak anda pesan nyonya ?” HaYoon menoleh kaget,
lalu menatap namja muda dihadapannya lekat-lekat. Seorang yang terlalu tampan
untuk disebut pelayan, ah ani, pasti dialah pemilik tempat ini. HaYoon berpikir
sejenak, lalu menghentakkan kepalanya kaget.
“Ah, neo Kwon HaeKyung ? Pemilik cafe ini kan?” Tanya HaYoon
penuh semangat, belum pernah ia melihat wajah HaeKyung dari dekat. Dan ternyata
dewi fortune sedang bersamanya, kini HaeKyung sudah berdiri dihadapannya dengan
senyum yang terus merekah.
“Dengan senang hati, ada yang bisa saya bantu ?” HaeKyung
membungkukkan badannya sedikit, lalu kembali menegapkan tubuhnya dan menatap
HaYoon dengan ramah.
“Berikan aku minuman yang sesuai dengan moodku hari ini”
tantang HaYoon, HaeKyung tersenyum penuh misteri lalu segera melesat menuju
dapur. Bahkan kurang dari 5 menit, HaeKyung sudah kembali dengan nampan berisi
minuman berwarna ungu pekat.
“Anggur merah ?” HaYoon yang bingung dengan pemberian
HaeKyung, menuntut penjelasan lebih dari bibir sexy itu.
“Ne, untuk anda saya sarankan meminum anggur merah. Sikap
dan pemikiran anda yang dewasa dan juga permasalahan yang tengah menimpa anda
sangat cocok untuk cita rasa anggur yang khas. Anggur itu seperti permasalahan
anda, jika anda melepaskan beban yang menimpa anda, maka anggur ini akan
menciptakan rasa yang meledak-ledak dalam mulut anda” terang HaeKyung panjang
lebar, HaYoon mengangguk-anggukan kepalanya paham lalu tersenyum dan mengucapkan
terima kasih pada HaeKyung. Namja tampan itu mengangguk sejenak, lalu pergi
meninggalkan HaYoon yang perlahan-lahan senyumnya memudar.
HaYoon mengangkat gelasnya pelan, lalu meneguk minuman itu
dengan elegan. Dahi HaYoon mengerenyit, ia cepat-cepat meletakkan anggur itu
dimeja. HaYoon meraba bibirnya dengan bergetar, pandangan matanya terpaku pada
anggur itu.
“A..apa ini ? Ra..rasanya, kenapa begini ? Ini..tak manis
sama sekali” HaYoon memegangi bibirnya dengan tangan bergetar, air mata
tiba-tiba mengalir pelan dipipinya. Tidak ! HaYoon yakin bukan ini rasa yang
dimaksudkan oleh HaeKyung ! HaYoon melempar gelas berisi anggur itu dengan
penuh amarah kelantai hingga pecah berkeping-keping. HaeKyung buru-buru keluar
dari dapur, tiba-tiba ia terpaku melihat HaYoon. HaYoon yang sudah tak peduli
dengan keadaan sekitarnya mengambil tasnya cepat lalu berlari keluar dari cafe,
para pelayan yang menyadari kepergian HaYoon segera mengejarnya.
“Tunggu !” Suara menggelegar HaeKyung menghentikan langkah
para pelayan, mereka serentak menoleh kearah HaeKyung dengan tatapan bingung.
“Biarkan ia pergi, segera bereskan semua ini dan jangan
coba-coba kejar wanita itu. Dan jika ia kembali, jangan pernah ungkit-ungkit
kejadian ini” para pelayan segera mengangguk lalu membersihkan pecahan gelas
dan cairan pekat yang khas itu. HaeKyung berjalan cepat menuju ruang kerjanya,
lalu duduk dengan gelisah.
“Apa ini ? Kenapa ia begitu ? Kenapa ia... sangat hancur ?”
Gumam HaeKyung pelan.
******
HaYoon membanting pintu apartemennya keras, nafasnya memburu
dengan cepat. Ia segera berlari kedapur dan meminum segelas teh dari kulkas,
lalu ia mengerenyit lagi.
“Kenapa ? Kenapa ini hambar ?! KENAPA ?!!” HaYoon melempar
gelas berisi tehnya kelantai, lalu membongkar isi kulkasnya. Ia menyambar cepat
susu kotak vanilla milik SooAe, lalu meneguknya langsung. Tiba-tiba ia
menjatuhkan kotak susu vanilla itu hingga cairan putih itu meluap kemana-mana,
tanpa sadar HaYoon menangis lagi.
“Kenapa ini hambar !!” HaYoon menarik rambutnya hingga
berantakan, ia bahkan melempar semua barang yang ada dihadapannya. HaYoon
menjerit-jerit pilu, ia lalu mencari handphone miliknya dan menelepon
nampyeonnya.
“Cha..chagi, kau dimana ?” Tanya HaYoon dengan suara
bergetar, sedangkan suaminya berdehem pelan.
“Aku sedang rapat mendadak, sepertinya rapat ini akan lama.
Makan dan tidurlah dulu ! SooAe pulang denganku”
KLIK
HaYoon menatap layar handphonenya tak percaya, bisa-bisanya
DaeIn memutuskan percakapan mereka secara sepihak ? HaYoon semakin frustasi, ia
merapikan penampilannya sejenak lalu mengambil jaket dan kunci mobil miliknya
dan pergi menuju kantor suaminya.
HaYoon mengendarai mobilnya diatas rata-rata, tidak seperti
HaYoon yang mengendarai dengan penuh kelembutan seperti biasanya. Tak terasa ia
sudah sampai dikantor suaminya, dengan tergesa ia berlari masuk dan menatap
sekelilingnya dengan bingung.
HaYoon cepat-cepat berlari kearah lift lalu naik hingga
lantai teratas, lantai dimana ruang kerja suaminya terletak. Sekertaris DaeIn
yang mengenali HaYoon menatap HaYoon bingung.
“Ah..Annyeong nyonya, kenapa anda kemari ?”
“Suamiku ! Mana suamiku ?!” Tanya HaYoon memburu, membuat
sang sekertaris mengerenyitkan dahinya bingung.
“Bukannya pergi dengan saudari perempuan anda ? Tadi ia
pergi dengan seorang wanita, tuan bilang itu saudari anda yang baru datang dari
luar negeri” detik itu juga pertahanan HaYoon pecah, tangisnya yang sudah ia
bendung sejak tadi meluap begitu saja tanpa diperintah. Sang sekertaris yang
melihat itu kebingungan, dengan sebisanya ia berusaha menenangkan nyonyanya.
HaYoon menangis dengan pilu, hidupnya hancur sekarang.
Ia merupakan anak tunggal, jelas sekali suaminya berbohong.
Lalu wanita itu siapa ? HaYoon berusaha menyingkirkan pikiran buruk yang
berkecamuk diotaknya, namun perkiraan itu selalu mengganggu pikirannya.
Suaminya berselingkuh.
******
“Chagi, kau dari mana saja ?!” Suara DaeIn meninggi begitu
melihat HaYoon kembali keapartemen, HaYoon terdiam sejenak, lalu melanjutkan
langkahnya menuju DaeIn. HaYoon membuka tasnya dan mengaduk-aduk isinya, sebuah
kertas menyembul keluar dari tas itu. HaYoon menyerahkannya dalam diam pada
DaeIn, namja tampan yang kebingungan itu membuka kertas itu pelan lalu
terkejut.
“Ke..kenapa chagi ?”
“Cepat tanda tangani saja, dan biarkan aku bebas selamanya Jung
DaeIn. Selamat, kau menghancurkan hidupku. Kau pikir aku akan bahagia karena
uang banyak ? Atau membiarkan aku terkurung disini ? Selamat sekali lagi Jung
DaeIn, kau berhasil membuatku gila. Aku tak mau tahu, besok pagi surat ini sudah
harus ditanda tangani olehmu” HaYoon berjalan menuju kamar tamu apartemen
mereka, ia menoleh sejenak pada DaeIn, lalu masuk kedalam kamar dan menutupnya
keras. Terdengar jelas suara pintu yang dikunci dari dalam kamar itu, sebelum
akhirnya... sepi.
DaeIn mengacak-acak rambutnya frustasi, tak menyangka
istrinya akan senekat ini. Apalagi saat melihat keadaan dapur yang sudah sangat
berantakan, ia semakin bingung dengan sikap dan perilaku istrinya. Apa istrinya
tahu mengenai perselingkuhannya ? Bagus sekali, DaeIn semakin heran dan
frustasi sekarang. Apa ia harus menandatangani kertas itu ? Kertas yang bahkan
tak pernah ada dan tak akan ada dipikirannya, namun buktinya sekarang kertas
itu dihadapannya. Surat perceraian.
******
HaYoon bangun pagi sekali, ia sangat yakin akan hal itu.
Dengan perlahan ia membuka pintu kamarnya, lalu berjalan mengendap-endap kearah
meja makan. Surat perceraiannya tergeletak disana, namun belum ada tanda tangan
suaminya sama sekali. HaYoon mengatur nafasnya yang memburu, dan tanpa ada
pilihan lain ia memasak sarapan untuk keluarganya. Tak perlu waktu lama untuk
memasak omelet, setelah menata piring yang ada, HaYoon pergi kekamar utama.
Suaminya tengah tertidur pulas sampai-sampai jas kerjanya belum ia lepas,
HaYoon menatap DaeIn sendu, namun ia menggeleng dan melanjutkan niatnya
memasuki kamar ini. Ia membuka lemari pakaiannya, lalu mengeluarkan isinya
beberapa. Setelah merasa cukup, ia memasukkan baju-bajunya tadi kedalam koper
mungilnya.
Merasa tubuhnya butuh kesegaran, ia akhirnya memutuskan
untuk mandi sejenak. Tak lama kemudian HaYoon sudah siap, untuk mengangkat
kakinya dan melangkah pergi.
“Kumohon jangan...” HaYoon menoleh kaget dan melihat DaeIn
tengah berdiri dibelakangnya dengan tatapan memohon, namun tekadnya sudah bulat,
dan tak ada yang bisa merubah tekad seorang Shin HaYoon. Ia melemparkan tatapan
terlukanya kearah DaeIn, membuat namja itu semakin menggumam tak jelas.
“Kemana selama ini kau DaeIn ? Kemana kau saat aku butuh ?”
“Mianhae HaYoon, mianhae...”
“Kau pikir maafmu itu mempengaruhiku ?”
“Aku tahu aku tak termaafkan, tapi tetap tinggalah disini”
“Tidak Jung DaeIn ! Sekarang, tanda tanganilah surat ini
dihadapanku”
“HaYoon, dengarkan...”
“Se-ka-rang !” DaeIn menghela nafas panjang, jemarinya
menyentuh pena yang sudah tersedia. Tangannya gemetaran, ia bisa merasakan itu.
Tapi mau apalagi ? DaeIn menatap HaYoon sejenak yang tengah menatapnya tajam,
dan dengan berat ia menggerakkan jemarinya dan menandatangani surat itu. DaeIn
masih termangu dengan surat dihadapannya, ini semua karena salahnya !
DaeIn
menyerahkan surat itu lambat-lambat pada HaYoon, tapi HaYoon menariknya dengan
kasar.
“Terima kasih Jung DaeIn, jangan lupa bangunkan SooAe
pagi-pagi agar ia tak terlambat. Dan kalian harus sarapan hari ini, aku sudah memasakkan
omelet untuk kalian. Selamat tinggal” HaYoon melambaikan tangannya lalu
menyeret kopernya dan berjalan keluar dari apartemennya.
“Shin HaYoon !!” HaYoon menutup telinganya, ia tak mau
mendengar teriakan pilu mantan suaminya. Cukup ia saja yang merasa terluka,
jangan DaeIn atau SooAe. Cahaya mentari pagi menyeruak dari arah timur, HaYoon
mengerjap-kerjapkan matanya beberapa kali lalu melanjutkan perjalanannya.
Tempat pertama yang ia kunjungi adalah Cafe Rose and Bullet’s, ia mendorong
pintu kaca cafe itu pelan, lalu melangkah kecil meuju salah satu sudut cafe.
“Ah, anda wanita yang waktu itu kan ?” HaYoon menolehkan
kepalanya, lalu menatap HaeKyung yang entah sejak kapan sudah berada
dibelakangnya. HaYoon tersenyum tipis, lalu mempersilahkan HaeKyung duduk
didepannya.
“Choneun HaYoon, Shin HaYoon” HaeKyung mejabat tangan HaYoon
yang terulur, lalu tersenyum. HaeKyung dapat melihat sekarang, mengapa wanita
dihadapannya ini tampak kusut namun ada pancaran bahagia dimatanya.
“Kurasa anda telah lepas dari masalah anda”
“Ya HaeKyung-ssi, kini saya bebas”